Senin, 09 Agustus 2010

Bubur bayi siap saji, penuh gizi dan diantri


Mengamati situasi bisa pula mendatangkan ide usaha. Adalah Hj. Dias yang terenyuh menyaksikan banyak ibu atau bapak yang memiliki balita sering membeli bubur yang hanya diberi kecap untuk diberikan pada anak balitanya. "Mana bisa bubur itu bergizi?" pikirnya. Lalu ia mencoba membuat bubur bayi (yang memenuhi gizi baik buat balita) siap saji yang kemudian dijualnya di depan rumah di Jalan Kayu Putih, Jakarta Timur. Tak dinyana, usahanya terus berkembang.

Bubur bayi yang dibuatnya memang penuh gizi untuk kebutuhan balita. Dibuat dengan tambahan pengaya gizi seperti kacang ijo, wortel, jagung manis, dan sebagainya. Hj Dias tahu membuat bubur yang layak jadi asupan balita karena ia sendiri aktivis Posyandu dan pula pensiunan perawat di rumah sakit. Ditambah dengan kepercayaan para tetangganya pada sosoknya yang berpengalaman di bidang perawat, bubur produksinya pun makin lama makin populer. Pelanggannya pun terus bertambah. Seringkali malah diantri.

Ketika usahanya mulai berkembang, Hj. Dias mendaftarkan izin penyehatan makanan jasa boga ke Suku Dinas (Sudin) Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur. Dengan mengantongi izin ini ia mengembangkan usahanya lebih jauh lagi dengan cara mengajak sejumlah pemodal untuk jadi mitranya dengan mendirikan cabang di beberapa tempat. Syaratnya, mitra membeli bubur darinya dengan harga Rp 1.500/porsi, sedangkan mitra menjual ke konsumen Rp 2.000/porsi. Itulah yang membuat gerai buburnya berkembang pesat sejak didirikan tahun 2003 hingga sekarang mencari 40-an cabang. Ia mengaku dulu tak pernah terpikirkan jadi pengusaha.(Den Setiawan/ den.setiawan@yahoo.co.idAlamat e-mail ini diproteksi dari spabot, silahkan aktifkan Javascript untuk melihatnya , Agustaman/ agus_taman@yahoo.comAlamat e-mail ini diproteksi dari spabot, silahkan aktifkan Javascript untuk melihatnya . Baca selengkapnya di Majalah DUIT edisi September 2008).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar